Search This Blog

Misteri Kematian Kalideres Terpecahkan, Masyarakat Jangan Berspekulasi

 

 Rumah milik korban kematian di Kalideres

 

Beberapa pekan lalu sempat ramai kasus kematian sekeluarga di Kalideres, Jakarta Barat. Pada Kamis (10/11) pertama kali terdapat penemuan 4 jasad  orang dalam kondisi tewas mengering.

Dengan data diri para korban yaitu Rudyanto Gunawan (71), Renny Margaretha (68), Budiyanto Gunawan (68), dan Dian (42).


Kemudian pihak kepolisian, forensik hingga sosiologi agama mengusut kasus ini. Banyak penemuan yang cukup mengejutkan didalam rumah tempat mereka tinggal diantaranya mangkuk berisi sisa-sisa kapur barus, sisa bedak dan struk pembelian makanan.


Hingga satu bulan berlalu, pada Jumat (9/11) pihak kepolisian dan tim ahli forensik melakukan konferensi pers guna menyampaikan hasil keseluruhan dari kematian keluarga Kalideres tersebut. Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pasma Royce menyampaikan hasil autopsi terhadap keempat korban yang ditemukan tidak adanya tanda bekas kekerasan atau pembunuhan.


Selain itu diungkapkan bahwa dari keempat korban tersebut tidak mendapatkan makanan dan minuman dalam waktu yang cukup lama, sehingga keempat korban diduga mengalami dehidrasi dan menjadikan kondisi mereka mengering.


"Jadi berdasarkan pemeriksaan bahwa dari lambung para mayat ini tidak ada makanan. Jadi bisa diduga berdasarkan dari pemeriksaan dari dokter bahwa mayat ini tidak ada makan dan minum cukup lama, karena ditemukan dari otot-otot sudah mengecil," jelas Pasma.


"Di dalam lambungnya tidak ada isi makanan, artinya ini sudah berlangsung beberapa waktu yang lalu tidak ada mengkonsumsi makanan dan otot-ototnya sudah mengecil. Artinya, ini ada kekurangan cairan, dehidrasi, sehingga tubuh mayat ini menjadi kering," pungkasnya. 


Yang sangat menarik dari kasus ini adalah spekulasi masyarakat Indonesia yang merasa bahwa keluarga tersebut terjerat dalam ajaran atau sekte tertentu. Hal ini disebabkan tidak masuk akalnya seseorang tidak membeli makanan, namun dapat membeli kapur barus dalam jumlah yang banyak.


Serta masyarakat menyamakan kasus Kalideres sama dengan kasus Burari di India. Karena kasus Burari menyebabkan 11 korban dalam satu keluarga dengan posisi jenazah bergelantungan diatas plafon rumah, dan ditemukan buku mengenai ajaran sesat. Namun Pengamat media dari Universitas Gajah Mada, Wisnu Prasetya menyampaikan bahwa 2 kasus tersebut tidak dapat dihubungkan jika tidak ada bukti.

"Ada yang menyamakan kasus ini dengan  kasus Burari di India tapi kita belum mengetahui penyidikan resminya seperti apa, ada juga yang menghubungkan dengan sekte apokaliptik, tapi itu kan belum bisa dibuktikan,” jelas Wisnu.

Oleh sebab itu kasus kematian seperti ini harus dilihat secara rasional dan berdasarkan fakta yang benar adanya. Wisnu pun juga berharap bahwa kasus tersebut tidak terbawa spekulasi media sosial yang belum tentu benar adanya. 

"Saya berharap media bisa membawa pembahasan kasus ini, mendiskusikan kasus ini secara lebih rasional soal bagaimana kita harus menanggapinya. Beri ruang pada fakta, jangan terjebak pada spekulasi," tutur Wisnu.